Pesanku untuk mereka 

Oleh KIMZ16 

 

“Kriingg… “  

Bel masuk itu terdengar hingga ke seluruh penjuru sekolah. 

Seorang gadis perempuan berusia sekitar dua belas tahun terlihat berlari dengan tergesa-gesa menuju ruang kelasnya. Saat Ia sudah berada di depan pintu ruangan kelasnya, Ia segera masuk tanpa memerhatikan bahwa di belakangnya ada seorang guru laki-laki yang sudah bersiap untuk masuk, tapi didahului oleh gadis perempuan yang berlari itu. 

Dahi guru itu terlihat sedikit mengkerut.  

Guru itu adalah guru Bahasa Indonesia yang biasa dipanggil Pak Hadrian. Sementara itu, gadis yang tadi berlari mendahului Pak Hadrian bernama Frasya Neila Putri, biasa dipanggil Frasya. 

Berbeda dengan Pak Hadrian yang memperhatikan Frasya karena telah mendahuluinya, Frasya segera duduk di kursinya. Frasya berusaha menormalkan napasnya kembali karena kelelahan setelah berlari dari gerbang sekolah menuju kelasnya. Setelah beberapa saat, akhirnya Pak Hadrian melangkahkan kakinya masuk ke ruang kelas. Pak Hadrian terus menerus memperhatikan Frasya yang masih mengatur napasnya. 

Meskipun nilai pelajaran Bahasa Indonesia Frasya cukup tinggi, Frasya itu orang yang memiliki kebiasaan bangun pagi lalu tidur lagi. Itu memang kebiasaannya yang sudah mendarah daging. Akan tetapi, saat ada acara yang sangat penting, entah mengapa setelah Frasya bangun pagi, Ia tidak akan bisa tidur lagi.  

Pak Hadrian terlihat menghela napas. Setelahnya, Pak Hadrian mulai membuka suaranya. 

“Baiklah anak-anak, untuk pelajaran Bahasa Indonesia hari ini, bapak hanya akan memberi kalian tugas memberikan pendapat kalian tentang pelajaran kalian sehari-hari di buku tulis. Apakah itu menyenangkan, mudah, susah, atau apapun itu terserah kalian. Minimal tiga mata pelajaran dan bapak beri kalian waktu tiga puluh menit. Mulai dari sekarang! 

Setelah mendapat perintah, semua murid langsung mengeluarkan buku tulis mereka termasuk Frasya. Frasya melihat buku tulis yang dia keluarkan dari tas, dan memikirkan tentang semua pelajaran yang pernah Ia pelajari. Setelah berpikir sekitar lima menit, Frasya akhirnya mulai menulis beberapa pendapat tentang pelajaran yang pernah Ia pelajari.  

Surat itu bertuliskan: 

Pesan untuk Ipa, Ips, dan Bahasa Indonesia 

Untuk Ipa… 

Ipa… Aku sebagai Frasya Neila Putri menyampaikan, bahwa aku tidak menyukaimu, tapi juga tidak membencimu. Aku tidak punya perasaan lebih terhadapmu, Ipa. Jadi, kita hanya teman biasa saja. Aku tidak membencimu karena kamu datang dari keluarga bernama Ilmu. Aku tidak boleh membenci ilmu karena suatu hari aku pasti membutuhkan mereka untuk mencari pekerjaan. Aku tidak terlalu menyukaimu karena aku sedikit tidak menyukai angka yang dikali dan dibagi. Karena jelas itu lebih susah dari tambah dan kurang. 

 

Untuk Ips… 

 

Sama seperti Ipa, aku tidak membencimu karena kamu termasuk bagian dari keluarga Ilmu. Tapi, aku sedikit menyukaimu karena kamu membahas tentang kelebihan dan kekayaan dari Negara ini, Indonesia. 

 

Untuk Bahasa Indonesia… 

 

Aku suka kamu, Bahasa Indonesia. Meskipun aku menyukaimu, terkadang aku tidak pengertian terhadapmu. Alasannya adalah saat kamu memberi pertanyaan jebakan kepadaku. Kata “kecuali” terkadang tidak aku anggap penting, tapi ternyata itu sangatlah penting bagiku. Kata “kecuali” sebenarnya dapat mengubah pemikiranku terhadap jawaban yang akan kupilih. Akan tetapi kamu sangat penting bagiku jika ingin berbicara dengan orang yang penting, itu adalah Bahasa Indonesia. 

 

Frasya menulis semua itu dalam waktu dua menit. Frasya tidak menulis terlalu banyak karena hari ini hanya ada pelajaran Ipa, Ips, dan Bahasa Indonesia. Lalu Frasya membalik kertas setelah selesai menulis dan semua temannya dikelas tahu bahwa Frasya sudah selesai menulis.  

Pak Hadrian yang melihat Frasya sudah membalik kertasnya menghadap kebawah berkata: 

“Bagi yang sudah selesai silakan letakkan di meja bapak, dan boleh istirahat lebih cepat. “ 

Tidak ada murid selain Frasya yang maju untuk mengumpulkan buku tulisnya karena hanya Frasya yang sudah selesai. Pak Hadrian juga tidak memaksa murid lainnya untuk menulis cepat selama tujuh menit seperti Frasya untuk tugasnya hari ini.  

Setelah memberikan buku tulisnya kepada Pak Hadrian Fresya melangkah keluar kelas untuk pergi ke kantin sekolah. Pak Hadrian juga melihat apa yang Frasya tulis lalu menutupnya lagi setelah melihat semua yang ditulis oleh Frasya. Pak Hadrian bingung, mengapa Frasya membuat pendapat tentang pelajaran menjadi seperti menyampaikan surat kepada orang yang disukainya? Akan tetapi, selama masih sesuai dengan tema yang Pak Hadrian berikan, Pak Hadrian tidak akan pernah merasa isi pendapat muridnya itu salah.  

 

 

Penulis: 

Kimz16 

 

Previous
Previous

Mengapa Ibu Berada di Situ?

Next
Next

Sebuah surat?