Mengapa Ibu Berada di Situ?

Di suatu pagi yang cerah, tepatnya di sebuah desa terpencil sebelah timur Jawa, tinggalah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan satu anak kecil yang pada saat itu baru berusia tiga tahun. Sang ayah tersebut bekerja di sebuah perusahaan ekspor dan impor. Sedangkan si ibu hanya ibu rumah tangga yang senantiasa mendidik dan membimbing anaknya untuk menjadi anak yang baik dan pintar. Si anak yang berusia tiga tahun tersebut sangat aktif dan sudah pandai berbicara. Awalnya kehidupan keluarga tersebut sangat baik dan dipenuhi dengan kebahagiaan. Namun, kemudian kehidupan keluarga itu berubah menjadi suatu malapetaka. Sang ayah menderita kebangkrutan dan perusahaan tempat ia bekerja ditutup secara permanen.  

Hutang sang ayah semakin hari semakin menumpuk dan tidak dapat diselesaikan. Si ibu yang mengetahui hal itu sangat sedih dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Terlebih lagi banyak sekali penagih hutang yang datang setiap harinya ke rumah mereka. Sang ayah mencoba untuk mencari pekerjaan yang lain tetapi tidak kunjung mendapatkan pekerjaan karena kondisi ekonomi yang sulit pada masa itu. Akhirnya si ibu sudah tidak kuat lagi dengan keadaan yang dialami oleh keluarga kecilnya dan memutuskan untuk berbicara dengan sang ayah. 

Pada malam yang letih, di mana sang ayah sudah sangat frustasi karena tidak mendapatkan pekerjaan dan sangat bingung dengan hutang yang sudah menumpuk, datanglah si ibu ke hadapan sang ayah seraya berkata: 

“Yah, aku ingin cerai. Aku sudah tidak kuat lagi dengan keadaan ini. Aku ingin membawa anak kita bersama denganku untuk tinggal dengan orang tuaku.” 

Mendengar hal tersebut, sang ayah kaget dan tidak habis pikir apa yang baru saja dikatakan oleh si ibu. 

Sang ayah dengan penuh perasaan campur aduk berusaha menenangkan dan menjelaskan kepada sang ibu. Tetapi, si ibu tak mengindahkan apa yang disampaikan oleh sang ayah. Akhirnya sang ayah tersulut emosinya dan terjadilah adu mulut dan pertengkaran hebat. Pertengkaran tersebut tidak sampai terdengar oleh si anak karena ia tidur di lantai dua dan pertengkaran tersebut terjadi di pertengahan malam. Tanpa sengaja, sang ayah yang sudah tersulut emosi memukul si ibu dengan vas bunga yang ada di dekatnya. Dan hal yang tidak disangka terjadi yaitu si ibu meninggal seketika. 

Dengan perasaan yang penuh ketakutan dan perasaan yang tidak karuan, ia menangisi kepergian si ibu dan menyesali perbuatan yang telah ia perbuat. Lalu, sang ayah membersihkan darah yang menempel di lantai dan membawa jasad ibunya ke belakang rumah dan dikuburkan secara apa adanya di sana. Hal ini dilakukan sang ayah agar tidak meninggalkan bukti dan si anak tidak mengetahui kejadian yang menimpa si ibu. Keesokan harinya, si anak diperlakukan seperti biasa yaitu dimandikan, disuapi dan lain sebagainya tetapi bukan dengan si ibu melainkan oleh sang ayah. Si anak hanya menatap ayahnya dengan tatapan kosong penuh kebingungan. 

Satu dua hari berlalu tanpa adanya kata yang terucap dari si anak kepada sang ayah. Sampai pada hari ketiga, sang ayah merasa ada yang aneh dengan si anak karena selalu tampak kosong pandangannya dan terlihat bingung ketika melihat dirinya. Bahkan si anak tidak pernah menanyakan tentang ibunya sama sekali. Karena rasa penasaran yang tinggi, sang ayah mencoba bertanya kepada si anak … 

“Nak, mengapa kamu melihat ayah selalu tampak bingung? Dan apakah kamu tidak mencari ibumu?” 

Si anak dengan polosnya menjawab pertanyaan ayahnya ….. 

“Mengapa aku harus mencari ibu, Yah? Aku malah bingung, kenapa ayah selalu menggendong ibu???????” 

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

Salam Ganteng 

 

Penulis 

Vf_Chrome 

 

Previous
Previous

Percakapan Syakira dan Kaka

Next
Next

Pesanku untuk mereka