Pertemuan Singkat

Oleh: Dyona Althakhanza Sakti 

Hari yang cerah, burung-burung berkicau, rumput dan dedaunan meneteskan air hujan semalam. Hari yang baru telah datang, semua orang bersiap untuk memulai kegiatan hari ini. Matahari terbit perlahan, segelas susu dan roti telah siap untuk disantap. Kaira beranjak dari ranjangnya, “Hari pertama di Aceh cerah banget ya” ucap Kaira dengan nada masih mengantuk.” Kaira, ayo sini sarapan dulu” panggil Bunda dari dapur yang sibuk mencuci piring. ”Iya Bunda Kaira ke sana” jawab Kaira dengan semangat. Sesampainya di dapur, melihat Bunda yang sedang sibuk mencuci piring, Kaira pun dengan tenang menghampiri Bunda ”Bunda mau Kaira bantu tidak?” tanya Kaira lembut. ”Tidak usah sayang kamu bangunin Ayah aja sana ajak ke sini sarapan bersama” pinta Bunda sambil tersenyum dan masih menata piring yang sudah selesai dicuci. ”Ayah, Ayah bangun yuk sarapan,  Bunda udah nunggu tuh di meja makan” kata Kaira dengan nada yang lembut penuh rasa cinta. ”Eh iya sayang, yuk kita makan” kata Ayah sambil berusaha membuka mata dan mengumpulkan tenaganya. “okee” kata Kaira dengan semangat.” Bunda, Ayah hari ini kita jalan-jalan kemana nih di Aceh?” tanya Kaira dengan rasa senang dan semangat.  “Ya sudah habiskan dulu makanannya, nanti Kaira mau kemana aja boleh kok” jawab Bunda,  “okee Bundaa” kata Kaira dengan ceria. 

Kaira adalah anak tunggal berumur 12 tahun,  dia mempunyai hobi bermain biola. Sudah banyak perlombaan biola yang sudah ia menangkan, sehingga mempunyai banyak piala dan medali. Kiara pernah masuk di acara TV terkenal karena bakatnya. Dia diajak Ayahnya untuk pergi ke Aceh karena dia telah memenangkan lomba biola tingkat provinsi. Ayah dan Bundanya sangat bangga kepada Kaira, walaupun Kaira anak tunggal tetapi dia bukan anak yang manja atau bersikap kasar kepada siapapun, dia anak yang mandiri dan lembut. 

“Bunda, Bunda hari ini kita pergi lihat pemandangan di dekat jembatan Pante Pirak aja yuk” pinta Kaira ”Ya sudah kita ke sana aja, kalau begitu yuk naik mobilnya” ucap bunda. Di tengah perjalanan, mobil berhenti ”Aduh,  mobilnya kenapa nih kok jalanya lambat banget ya” kata Ayah cemas. ”Coba Yah periksa bannya” kata Bunda dengan ikut cemas. Ayah pun memeriksa bagian ban mobil, ” Waduh bannya bocor lagi ” kata Ayah dengan cemas, lalu Ayah  membuka bagasi mobil, Ayah mengambil peralatan untuk membetulkan ban mobil. Saat Ayah sedang membetulkan ban, Kaira melihat anak kecil sedang berjalan menuju mobil Kaira. Anak itu menawarkan dagangannya kepada Kaira. 

 

“Bunda itu ada anak kecil jualan makanan dan minuman, Kaira laper Bund boleh enggak kita beli dagangan anak itu” pinta Kaira dengan nada merajuk.  ”Ya sudah coba tanya berapa harganya dan apa makanan yang dia jual” jawab Bunda sambil tersenyum. Kaira membuka kaca mobil ”Dek itu apa?” tanya Kaira sambil tersenyum ” ini  nasi kabuli palau Kak” jawab anak kecil itu. ” Nasi kabuli palau itu apa ya? Aku tidak pernah mendengarnya?” tanya Kaira dengan penasaran dan bingung, ”Aku tidak mendengar kalau di Aceh ada nasi kabuli palau, apa aku yang kurang belajarnya ya hihi” bisik Kaira dalam hati. “Itu nasi asal Afganistan Kak”  kata anak kecil tersebut ”Afganistan? Memangnya kamu berasal dari mana?” tanya kaira penasaran ”Aku dari negara Afganistan Kak, aku kabur dari negaraku karena di sana terjadi perang, aku sangat rindu dengan negaraku” ucap anak kecil itu “ Lalu bagaimana kamu bisa berbahasa Indonesia” tanya Kaira dengan rasa makin penasaran, anak kecil itu menundukan kepala dan berkata “aku sudah tinggal di Indonesia dari minggu lalu, jadi sedikit demi sedikit aku bisa berbahasa Indonesia” jawab anak itu. Kaira merasa kasihan “ooh gitu ya..yasudah kakak beli nasinya 2 ya Dek” ucap Kaira dengan senyum lebar. “ Baik Kak” kata anak kecil itu dengan senang. “Jadinya harganya berapa Dek?” tanya Kaira sambil menghampiri bundanya untuk meminta uang “sepuluh ribu kak” jawab anak kecil tersebut sambil memberikan nasi tersebut,  “Ini ya Dek uangnya” ucap Kaira  “oh iya kamu tinggal dimana Dek? ” tanya Kaira lagi. “Aku tinggal di dekat jembatan Pante Pirak Kak” jawab adik tersebut.  “Siapa namamu?” tanya Kaira, “Verlin” jawab adik tersebut dengan singkat, tiba- tiba Bunda Kaira menghampiri Kaira, “Kaira sudah beli nasinya?” tanya Bunda “ Oh iya, sudah bunda ini nasinya” jawab Kaira.  “Ya sudah ayo tutup kaca mobilnya” perintah Bunda, setelah menutup kaca jendela Kaira yang masih memegang nasi itu menceritakan semuanya kepada Bunda. 

***  

Beberapa hari  kemudian Kaira dan keluarganya berniat untuk menemui Verlin lagi. Kaira bermaksud ingin memberikan sedikit bantuan kepada Verlin dan keluarganya,  “Bunda ayo cepat naik ke mobil” ucap Kaira dengan semangat.  “Iya Kaira sayang sebentar, tolong bawa kardus mainan dan bajunya ya” kata Bunda. “Baik bunda” ucap Kaira, akhirnya Kaira pergi ke Aceh untuk membantu keluarga Verlin tetapi sayangnya keluarga Verlin sudah tidak ada, Kaira sudah mencari ke Jembatan Pante Pirak, tetapi Verlin sudah tidak ada, dia juga sudah mencari di sekitar Jembatan Pante Pirak tetapi tidak juga menemukannya, Kaira sangat sedih karena tidak bisa bertemu Verlin lagi. Akhirnya Kaira hanya bisa berdoa, semoga Verlin dan keluarganya selalu dalam lindungan Allah. Semoga peperangan di negara Verlin segera berakhir dan berganti perdamaian sehingga Verlin bisa pulang ke negara tercintanya lagi. 

***  

Peperangan yang terjadi dimanapun, akan menyakiti banyak orang. Yang paling menderita bila terjadi peperangan adalah anak-anak dan kaum perempuan.  

Seharusnya anak-anak seperti Verlin pada saat ini bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang baik, tetapi peperangan merenggut  semuanya dari anak-anak tersebut. 

 

 

Biodata Penulis:  

Dyona Althakhanza lahir di Bogor, 04 September 2009. 

Sekolah di SDIP DAARUL JANNAH  kelas 6 Hobi bermain musik dan bernyanyi, sekarang sedang belajar untuk menulis cerita cerita pendek. 

 

Editor: Olv 

Previous
Previous

Sebuah surat?

Next
Next

PANITIA LOMBA 17 AGUSTUS