Rumah di ujung jalan Kambodja IV
By: Daffa Nabel Naffisa Miyari
Kami pun terus membahas rumah tua itu sampai sekolah. Perkenalkan namaku Azelia Rahma Aisyah, aku biasa dipanggil Eca. Aku tinggal di Jalan Kambodja IV Blok C3 nomor 7. Aku siswi kelas 7 di SMP Pelita Nusa. Di ujung jalan rumahku ada sebuah rumah megah yang sudah terbengkalai sejak 81 tahun yang lalu. Aku selalu melewati rumah itu jika ingin pergi sekolah karena itu rute tercepat.
Hari ini seperti biasa aku berangkat ke sekolah Bersama Nia dan Ana dengan sepeda. Kami sepakat untuk selalu Bersama saat berangkat atau pulang sekolah.
“Eh kalian tau ngga sih klo rumah itu punya orang Belanda?” Kata Nia setelah melewati rumah megah di ujung jalan itu.
“Emang iya? Oh aku malah baru tau.” Sambung Ana.
Bel pulang sudah berbunyi tepat pukul 4 sore. Aku ingin pulang namun aku ada pelatihan di sekolah hingga pukul 6.30 malam. Saat sedang pulang, ada rasa takut untuk melewati depan rumah tua itu sendirian pada pukul 7 malam, tpi akhirnya ku beranikan diri. Saat sampai di ujung gang aku mengambil ancang-ancang dan melajukan sepeda ku secepat mungkin. Tapi saat aku melewati rumah itu aku melihat sosok seperti Noni Belanda sedang berdiri di jendela rumah megah itu. Jantungku mulai berdebar kencang saat melihat sosok itu
“Sosok apa itu? Apa itu sosok penunggu rumah tua itu? Berbagai pertanyaan mulai muncul di pikiranku
“Aku harus memberi tahukan ini kepada teman-teman.” Batin ku
KEESOKAN HARINYA~
Hari ini seperti biasa aku berangkat ke sekolah Bersama Ana dan Nia, dan aku pun mengingat kejadian semalam.
“ Emmm…… Temen-temen kemarin kan aku pulang malem gara-gara ada pelatihan di sekolah.” Kata ku
“ Iya… Trus?” Sambung Ana.
“Kemarin aku ngeliat ada sosok Noni Belanda di rumah tua itu.” Lanjut ku
1.
“Hah? Serius? Aku denger yang punya rumah itu juga Noni Belanda. Apa itu sosok yang sama ya?. Tanya Nia kaget mendengar ceritaku.
“Emang Noni Belanda itu meninggal di rumah tua itu?” Tanya Ani
“Mungkin dia emang meninggal disitu, katanya dulu daerah kita ada pembunuhan massal dan ya…. mungkin dia adalah salah satu korban dari pembunuhan itu.” Jawab Nia
Sepulang sekolah aku Bersama Nia dan Ana pergi ke toko buku untuk beli novel, tentu saja kami pulang malam. Saat sedang melewati rumah tua itu aku menunjukkan tempat dimana aku melihat sosok Noni Belanda itu muncul. Aku pun menyorot tempat sosok Noni Belanda itu muncul dengan senter HP ku.
Saat sedang menyoroti tempat dimana sosok itu muncul, tiba-tiba senter HP ku mati. Kami hanya fokus pada HP ku yang mati.
“Abis batere kali tuh ca.” Kata Ani
“Abis dari Vietnam orang tadi masih 70% baterenya.” Jawab ku
“Yes, nyala lagi.” Sahut ku
Saat baru saja akan aku soroti tempat sosok itu muncul di hadapanku, dia sudah berdiri di halaman depan dengan mengenakan gaun khas bangsawan Belanda. Tapi kali ini wujudnya lebih menyeramkan dengan wajah pucat dan mata yang mengeluarkan darah segar.
2.
Setelah kejadian itu kami sangat shock dan menceritakan semua yang kami lihat di rumah tua itu ke ketua RT setempat. Betapa terkejutnya beliau saat mendengar kisah kami di rumah itu.
dahulu.” Kata Pak RT
“Hah? Bapak yang bener?” Sahut kami bertiga tidak percaya
“Iya, dia adalah sosok Noni Belanda yang meninggal di tahun 1963 karena pembunuhan massal.”
Setelah kami memberitahukan pak RT kejadian itu, Pak RT langsung rapat warga untuk merencanakan perobohan bangunan tua itu. Setelah dirobohkan, tempat bekas bangunan tua itupun dialih fungsikan menjadi pusat kesenian dan olahraga dimana anak-anak dan orang dewasa dapat bermain dan berolahraga disana.
TAMAT
Sumber Foto: GOOGLE