Cerita Pendek - Belajar dari Luka

 
 

Cerita Pendek - Belajar dari Luka

Tayang 19 Juni 2024

 
 
 

Maritza Azkia Putri

Kamu gak sendirian

 
 
 

Kringg...Kringg... 

“Halo, ini dengan siapa ya?”  

“Ini saya Agni. Pasien Mbak Aruna tadi sore.” 

“Oh, Mbak Agni. Ada apa?” 

“Gak ada apa-apa, Mbak. Saya Cuma mau berterima kasih. Padahal tadi Mbak Aruna pasti lagi sibuk tapi langsung nerima permintaan saya. Makasih banget ya, Mbak.” 

“Santai aja. Memang udah pekerjaan saya, kok.” 

“Hehehe, ok. Udah itu aja, Mbak. Makasih, ya.” 

“Iya, sama-sama.” Balasnya sebelum menutup telepon. 

Namanya lengkapnya Aruna Putri. Ia adalah seorang wanita berusia 21 tahun yang bekerja sebagai psikolog. Ia membuka sebuah tempat praktik psikologi mandiri bernama Aruna consultation and treatment services. Tempat yang ia bangun agar orang-orang memiliki tempat curhat yang privasinya terjaga selain keluarga atau sahabat. 

Saat ini Aruna sedang bersiap untuk pulang setelah bekerja. Ia mematikan lampu dan mengunci pintu, lalu pulang dengan berjalan kaki. 

Di tengah perjalanan, Aruna melihat seorang pria bertudung di dalam gang dekat trotoar. Pria itu memegang kepala dan bergumam tidak jelas. 

“Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?”  

Merasa simpatik pada sang pria, Aruna mencoba berbicara dengannya. 

“S-saya... saya butuh... bantuan.”  

“Oke, bisa jelasin apa yang bapak butuhkan? Sebisa mungkin saya bantu.” 

Mendengar suara serak sang pria, Aruna semakin merasa kasihan. Ia berlutut dan berusaha memahami kebutuhan sang pria. 

“Saya...” 

“Iya, ada apa, Pak–” 

Greb! 

Sang pria tiba-tiba memeluk salah satu kaki Aruna dan menjatuhkannya. Aruna yang menyadari bahwa sang pria memiliki niat tidak baik segera berusaha melawan. 

“AAAAA! LEPASIN SAYA!!” 

Aruna menendang kepala sang pria beberapa kali hingga terlepas dan berusaha bangun. Ia berlari ke rumah dengan panik. Tidak tinggal diam, sang pria bangun dan mengejarnya. 

Aruna berlari tanpa melihat ke belakang karena tahu bahwa sang pria sedang mengejarnya dengan ganas. Jantungnya berdetak sangat cepat dan setiap langkahnya terasa berat. Ia hampir berpikir untuk menyerah saja karena kakinya terus gemetar tapi nalurinya terus memaksanya untuk berlari menyelamatkan diri. 

Ketika rumahnya hanya perlu melewati satu gang, ia tersandung dan menabrak dinding. Kepalanya pusing namun ia tidak boleh berhenti berlari. Saat itulah ia menyadari kedua tangannya telah ditahan oleh sang pria. Perlahan sang pria berlutut dan mendekatkan wajahnya pada Aruna. Aruna tidak dapat melawan dan semakin putus asa ketika melihat senyum lebar sang pria. 

“Ma... tolong...” 

“ARUNA!!” 

Sang pria terkejut. Ia menutup matanya dengan tangan saat lampu mobil menyorot padanya.  

Pengemudi mobil itu adalah Mama Aruna. 

“Kami laki-laki Bajingan! Pergi dari anak saya!!” 

Pria itu berdecak kesal lalu berlari pergi. Mama Aruna segera turun dari mobilnya dan menghampiri anaknya, Aruna. Ia segera memeriksa apakah ada luka pada tubuhnya. 

“Aruna, sayang, kamu gapapa sekarang mama ada di sini.”  

“Mama, aku takut...” 

Mama Aruna segera memeluk erat anaknya. Beberapa saat yang lalu setelah ia menerima telepon dari Aruna, tanpa pikir panjang ia langsung menghentikan pekerjaannya dan segera datang ke rumah Aruna. 

Saat ini Mama Aruna mencoba menenangkan anaknya sebelum membawanya pulang ke rumah Aruna yang berada di dekat sana. Sesampainya di rumah, Aruna mulai menceritakan seluruh kejadian dari awal sampai akhir. Mendengarnya pun membuat Mama Aruna turut prihatin. Ia pun memberikan beberapa saran pada Aruna termasuk memintanya berkonsultasi pada yang ahli. 

“Aruna, gimana kalau kamu pergi ke psikolog?” 

“Gak mau. Kan aku psikolognya. Masa aku yang konsultasi ke psikolog lain?” 

“Lho? Mama guru tapi tetep belajar kok.” 

“Tapi semua orang bisa belajar, Ma!” 

“Setiap orang juga bisa terluka, Sayang. Kalau guru bisa belajar, kenapa dokter gak bisa sakit? Bisa kan? Karena kita semua manusia.” 

Aruna terdiam mendengar ucapan mamanya. Itu tidak salah. Hanya saja dirinya merasa sudah ahli dalam bidang ini sehingga gengsi jika tidak bisa menanganinya sendiri. 

Mama Aruna juga mengerti hal ini. Namun, ia terus menjelaskan kepada Aruna tentang manfaat dan keuntungan baginya jika berkonsultasi pada psikolog lain. Kondisi Aruna yang sekarang pasti menyulitkannya untuk memikirkan solusi sendirian. Pada akhirnya, Aruna menghilangkan gengsinya dan berkonsultasi pada psikolog terdekat yang ternyata merupakan teman sekelasnya semasa SMA, Nala. 

7 bulan berlalu... 

Setelah rutin berkonsultasi dengan Nala, kondisi Aruna mulai membaik. Ia menjadi lebih tenang dan mulai bisa menerima masa lalu. Dengan bantuan Nala, ia menyadari bahwa segala sesuatu yang telah terjadi adalah rencana Tuhan dan di baliknya, Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik.  

Mulai saat itu ia bekerja sebagai asisten di tempat praktik Nala. Para pasiennya sempat mempertanyakan hal tersebut namun tidak lama setelah itu mereka mulai berangsur-angsur pindah ke tempat praktik Nala.  

Pada akhirnya ia tetap bekerja di bidang psikologi meskipun menyimpan masa lalu yang menyakitkan. Semua itu bisa dilewati atas bantuan sang mama, Nala, dan Tuhan. 

TAMAT


Sumber

  • -


 
 
Next
Next

Seyum Teman-teman Ku di Hari Piknik Day