Auvy Ahmad Auvy Ahmad

Hari Ini, 76 Tahun Lalu

Ahmad Soebardjo mulai gelisah, tangan dan matanya bolak-balik membuka chat group kelompok pejuang bapack-bapack. 

Soekarno dan Hatta yang biasanya aktif memberikan instruksi pada masa genting, kini tampak sepi saja. 

“ada yang tidak beres ini” gumam Soebardjo berfirasat dalam hati. 

Bergantian keanehan yang dirasakannya semakin menjadi setelah di atas layar chat group nya Soekarno dan Hatta terlihat “is aan get typen” artinya sedang mengetik, dalam bahasa Belanda. Tapi tak ada satupun kata yang dikirim kedua bung tersebut. 

Benar saja, Bung Karno dan bung Hatta sedang berdebat dengan para pemuda. Soekarno dan Hatta menolak desakan para pemuda itu.  Mereka pulang dengan kecewa. Namun, akan kembali untuk melakukan  penculikan dua tokoh tersebut.  

Penjemputan Soekarno dan Hatta dilakukan dengan hati-hati karena kondisi yang tidak memungkinkan berkerumun, penjemputan Soekarno dan Hatta dilakukan dengan dua mobil yang lebih besar agar bisa jaga jarak. Jumlah pasukan PETA yang ikut juga dibatasi. Tidak lupa mereka memakaikan masker kepada Soekarno, Hatta, Fatmawati, dan Guntur Soekarnoputra. 

Sementara Syahrir tak henti mengecek informasi kondisi pandemi melalui media sosial 

Sudah banyak rakyat menjadi korban kekejaman Covid-19 

Dia pun berencana menggelar rapat dengan kelompok muda melalui video conference. 

Syahrir menginstruksikan kepada para pemuda untuk selalu mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta mengurangi aktivitas dan mobilitas. 

Sementara kondisi jalanan Jakarta tampak lebih lengang, 

Masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah jika tidak ada keperluan mendesak, 

Pasukan Dai Nippon juga selalu siaga menjaga pos penyekatan di beberapa titik. 

Di Rengasdengklok Soekarno dan Hatta berdebat sengit memikirkan strategi melawan hoax dan mempercepat vaksinasi agar tercipta kekebalan komunal dengan para pemuda PETA. 

Setelah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dari media sosial, Ahmad Soebardjo mendapat kesimpulan bahwa Soekarno Hatta dibawa para pemuda PETA ke Rengasdengklok, Karawang. 

Sebelum bergegas, Ahmad Soebardjo melakukan test antigen dan beberapa surat yang dibutuhkan agar tidak tertahan di pos penyekatan kempetai di Cikarang. 

“Kabar Jakarta akan lockdown ternyata hanya berita palsu bung” buka Soebardjo dengan semangat kepada dua serangkai. 

“tetapi kami mengamankan bung Karno dan bung Hatta untuk antisipasi” sergah salah satu pemuda membela diri. Ketiga orang golongan tua itu menatap tajam kepada sang pemuda, Soebardjo pun menggiring pemuda itu keluar ruangan. 

Kesepakatan antara para pemuda dan tokoh tua akhirnya dicapai. Soekarno dan Hatta diboyong ke Jakarta malam itu juga. Kediaman Laksamana Maeda dipilih untuk tempat rapat yang sangat penting malam itu. 

Di kediaman Laksamana Maeda para pemuda berjaga diluar ruang rapat sambil nonton video-video lucu di YouTube untuk menghapus kantuk. 

“Silakan pergunakan rumah saya untuk rapat saya akan menjamin keamanan” ucap Laksamana Maeda kepada bung Karno. 

“Jika ada yang dibutuhkan hubungi staf saya, saya ijin dulu karena masih ada zoom meeting dengan Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. 

Pukul 04.00 WIB rapat baru selesai para pemuda dan tokoh bangsa pulang bergantian setelah ojek online di gerbang rumah Laksamana Maeda memanggil nama masing-masing para pejuang sesuai aplikasi. 

Hoax sudah menyebar kemana-mana akan ada apel besar di lapangan Ikada*. Hoax tersebar melalui group chat keluarga, arisan, dan bapack-bapack komplek yang candaannya garing (krik krik krik). Tidak mau mengambil resiko, pasukan kempetai menutup akses menuju lapangan Ikada. 

Bungun dari tidurnya bung Karno merasa demam tinggi. Dia khawatir terpapar Covid, tapi dokter pribadinya menyatakan hasil swab bung Karno negatif. Cuma malarianya kambuh dan hanya butuh sedikit istirahat. 

Setelah bung Hatta hadir, bung Karno bergegas memakai baju khas kebesarannya. Wartawan media cetak, elektronik dan media online sudah berkumpul di teras kediaman bung Karno Jl. Pegangsaan timur nomor 56 Jakarta. Dengan penuh keyakinan, Bung Karno didampingi bung Hatta membacakan pengumuman PPKM level empat. 

 

*sekarang lapangan Monas. 

Read More