Sekolah Islam Plus Daarul Jannah

View Original

Mengenal Stunting

Penulis: Nur Najmi Nuha

Perjalananku dari desa ke desa tidak akan pernah usai. Pada hari itu aku pergi ke suatu desa yang menurutku cukup menarik. Oh iya, sebelumnya perkenalkan namaku Rima, bersama ketiga temanku, yaitu Risha, Altha dan Reyva . Kami berempat adalah lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M), kami mempunyai mimpi yang sama, yaitu membantu masyarakat desa akan pentingnya terhadap kesehatan mereka terutama mengenai gizi seimbang.

Hari itu aku sedang berada di desa yang letaknya sangat jauh dari kota sehingga membutuhkan waktu tempuh kurang lebih tiga jam, setelah dua jam perjalanan kami harus berjalan kaki kembali sekitar satu jam karena tidak ada angkutan umum, di sana kami melihat bukit keindahan alam yang nyata sangat amat sejuk. Desa tersebut belum terjamah oleh internet sekalipun, jadi jika ada warga yang hendak menelepon atau sekedar memberi pesan kepada saudaranya harus menempuh jarak sekitar 10 KM baru disana mereka akan mendapat sinyal.

Hari itu kami langsung disambut ramah oleh kepala desa setempat setelah itu, kami istirahat di salah satu rumah kepala desa. Paginya kami bersiap untuk berkeliling desa, di sana aku melihat seorang anak kecil yang tampak murung sedang duduk di sebuah gubuk dan juga aku melihat sekumpulan anak yang sedang bermain. Lalu akupun menghampiri anak tersebut, akupun bertanya namanya ia menjawab bahwa ia bernama Fala lalu aku tanya lagi... “mengapa kamu tidak ikut bermain dengan yang lain?” ia pun menjawab “iya ka aku malu bermain dengan teman – teman ku karena aku bertubuh pendek, teman-temanku sering mengejekku jadi aku tidak mau ikut untuk bermain bersama mereka.” Ujar Fala.

Akhirnya, aku dan teman temanku memberikan nasehat dan menenangkan Fala ternyata aku melihat banyak anak yang seperti Fala, tubuhnya tidak sesuai dengan umurnya, kemudian salah satu temanku bertanya kepada kepala desa “Maaf Pak, saya mau bertanya apakah anak anak disini banyak yang terkena penyakit stunting?” tanya Altha. “iya sebenarnya di desa ini mempunyai masalah penyakit kurang gizi, yaitu stunting.” Jawab Pak Kades. Mendengar jawaban dari Pak Kades kamipun merencanakan program sosialisasi pencegahan dan penanganan stunting.

Tiga hari setelah kami berada di desa, kami merealisasikan program tersebut dengan bantuan dari kepala desa dan masyarakat yang sangat antusias membuat program kami berjalan dengan lancar. Sebelumnya kami perkenalkan dulu kepada mereka apa itu stunting, jadi stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Adapun beberapa penyebab dalam penyakit tersebut.

  • Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak. Kekurangan gizi ini diawali sejak anak masih di dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Kekurangan protein menjadi penyebab paling umum terjadinya stunting.

  • Kondisi sanitasi tempat tinggal yang buruk sehingga ibu hamil atau menyusui kesulitan mendapatkan air bersih untuk minum atau kebutuhan mandi-cuci-kakus (MCK).

  • Keterbatasan fasilitas kesehatan untuk mendukung kebutuhan ibu hamil, bayi, dan ibu menyusui.

  • Perubahan hormon pada ibu hamil atau bayi yang berimbas pada laju pertumbuhan.

Oh iya, perlu diketahui beberapa ciri ciri anak yang terkena stunting.

  • Tinggi badan anak tergolong pendek jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan anak seusianya.

  • Pertumbuhan gigi tergolong lambat.

  • Persebaran lemak pada tubuh tidak merata sehingga ada bagian tubuh yang tampak lebih berlemak, misalnya pipi chubby.

  • Saat memasuki usia sekolah, anak akan kesulitan berkonsentrasi ketika belajar atau melakukan aktivitas lainnya.

  • Masa pubertas juga berlangsung terlambat.

Lalu ada beberapa dampak jika anak terkena stunting.

  • Kondisi kognitif anak menjadi lemah dan psikomotoriknya terhambat. Dampak stunting ini akan membuat anak kesulitan mencerna pelajaran dan susah mengembangkan kreativitas.

  • Anak-anak yang mengalami stunting akan memiliki tingkat intelektual lebih rendah dibandingkan anak-anak yang bertumbuh maksimal. Akibatnya, anak-anak yang stunting akan mengalami hambatan prestasi akademis.

  • Anak - anak yang mengalaimnya juga mudah lelah, tidak lincah seperti teman teman seumurannya, dan juga memiliki risiko besar obesitas karena sulit mengerjakan kegiatan dasar sehari-hari.

Jika anak sudah terlanjur mengalami stunting, tenang ada beberapa penanganannya.

  • Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita

  • Bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan.

  • MPASI sehat untuk mendampingi pemberian ASI.

  • Konsisten memantau pertumbuhan anak.

  • Menjaga kebersihan lingkungan.

Pencegahan stunting, terdapat beragam cara efektif yang patut dilakukan untuk mencegah stunting, yaitu:

  • Mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil sejak kandungan masih berusia beberapa minggu.

  • Setelah melahirkan, para ibu harus tetap mendapatkan asupan gizi seimbang setiap hari. Asupan gizi tersebut merupakan sumber makanan yang mendukung produksi air susu ibu (ASI) berkualitas.

  • Anak yang baru lahir harus dijadwalkan vaksinasi secara rutin hingga mendapatkan seluruh rangkaian vaksinasi secara lengkap.

  • Anak memperbanyak makan makanan bergizi

  • Lingkungan sekitar bersih

Itu dia beberapa materi yang kami presentasikan kepada masyarakat, pemerintah setempat pun akan mengadakan pengecekan kondisi setiap anak, begitulah perjalananku di desa ini, senang sekali bisa membantu para masyarakat. Kami pun melanjutkan perjalanan ke desa desa berikutnya.

***